Blogger news

Rabu, 06 November 2013

SOSIALISASI: MEMBANGUN KEDIRIAN DAN KEPRIBADIAN

Kita sering mendengar tentang sosialisasi atau proses sosialisasi. Apa arti dari sosialisasi itu sendiri? Proses sosialisasi adalah proses yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Proses sosialisasi membawa orang yang belum tersosialisir menjadi manusia masyarakat dan  beradab.
Melalui proses sosialisasi panjang, kedirian dan kepribadian seseorang dapat terbentuk. Bagi para Sosiolog kepribadian itu sangat penting artinya, karena merupakan komponen pemberi warna dari wujud tingkah laku manusia.
Perlu diketahui bahwa sosiolog memusatkan penyelidikannya pada pola-pola tingkah laku sosial. Terdapat tiga faktor dasar yang menjadi sebab musabab daripada tingkah laku:
1.    Stukutr sosio-kultural, yaitu pola tingkah laku ideal yang diharapkan.
2.    Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial di tempat berada dan diterapkannya suatu system sosial.
3.    Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan.
Secara obyektif, kedirian (self) dapat dikatakan ssebagai kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Menurut Robert Bierstedt, ada tiga orang kawakan yang menyelidiki masalah kedirian yaitu: Charles Horton, Gorge Herbert Mead, dan Sigmund Freud.
Ketiganya bersepakat mengenai hal-hal tertentu dari kedirian-kedirian manusia, yaitu bahwa:
1.    Kedirian bersifat sosial
2.    Kedirian itu membutuhkan masyarakat untuk bisa menjelaskan dengan sempurna
3.    Kesadaran individu terhadap dirinya itu timbul akibat pergaulan dengan orang lain.
Broom dan Selznik memandang tiga cara/ proses penting dalam pembentukan tingkah laku. Pertama, dalam proses sosialisasi itu sendiri seseorang mendapatkan bayangan akan dirinya. Bayangan diri itu muncul setelah ia memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan seseorang. Kedua,dalam sosialisasi juga membentuk kepribadian yang ideal. Bentuk kedirian  yang ideal itu berfungsi pula untuk meningkatkan ketaatan pada norma-norma sosial. Menurut W.I.Thomas ada dua kebutuhan yang melatar-belakangi perlunya seseorang untuk menjadi bagian dan diterima di suatu kelompok, yaitu:
a.    Kebutuhan terhadap tanggapan atau respon yang wujudnya antara lain berupa keinginan akan kasih sayang dan persahabatan.
b.    Kebutuhan terhadap pengakuan yang wujudnya antara lain berupa keinginan untuk mendapatkan pujian dari sesamanya.
Kebutuhan lain yang diungkapkan oleh Thomas adalah:
1.    Kebutukan terhadap pengalaman baru, yang wujudnya antara lain keinginan berpetualang, mencari selingan dan sebagainya.
2.    Kebutuhan terhadap keselamatan, yang wujudnya antara lain keinginan memperoleh tempat tinggal yang aman dan bisa memberi perlindungan.
Ketiga, dalam sosialisasi juga pada akhirnya membentuk kehadiran manusia dengan cara membangun suatu ego. Secara umum, ego bisa diartikan sebagai fungsi pengontrol yang integratif dalam kedirian seseorang. Atau dalam istilah yang popular, ego dapat diartikan sebagai hati nurani yang selalu menuntun kepada kebaikan. Seseorang ditunutut harus bisa mengontrol dirinya seolah-olah orang lain juga mengamatinya. Identifikasi adalah mekanisme dalam perkembangan kediriran. Mungkin identifikasilah mekanisme yang paling menonjol dalam perkembangan kedirian. Identifikasi yang dilakukan secara ekstrim disebut dengan imitasi. Identifikasi banyak bergantung pada imaginasi yang berarti kemempuan untuk tidak saja menilai bagaimana tampang dan tingkah laku orang lain, tetapi juga membuat suatu angan-angan ideal tentang orang lain. Seperti contohnya adalah anak-anak yang merupakan imitator yang pandai. Akan tetapi anak-anak belum mempunyai mental block yang dapat mencegah mereka untuk meniru sesuatu secara persis.
Identifikasi sendiri sebenarnya merupakan:
    Proses yang normal.
    Bagian dari perkembangan untuk menuju kedewasaan.
    Termasuk salah satu cara untuk menurunkan kebudayaan dari generasi satu ke generasi yang berikutnya..
Banyak para ahli yang dihadapkan pada pertanyaan: Apakah seseorang bisa tersosialisir seratus persen, yang berarti memiliki kedirian yang serasi dengan masyarakatnya? Para ahli seperti Cooley, Freud, Goffman dan Mead sudah mengemukakan pendapat yang cukup popular tentang sehubungan jawaban dari pertanyaan diatas. Secara singkat akan diuraikan mengenai pendapat masing-masing dari mereka.
1.    Charles H. Colley
Colley berpendapat, kedirian dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang harmonis. Ia mengemukakan suatu pendapat suatu model tentang kedirian, yang dikenal dengan teori cermin. Teori itu berpendapat bahwa terdapat tiga langkah yang dijalani oleh individu untuk menerima konsepsi kedirian dari orang lain. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a.    Imaginasi tentang pandangan orang-orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagai mana cara berpakaian atau tingkah lakunya terhadap orang lain.
b.    Imaginasi terhadap penilaian orang lain terhadap yang terdapat pada diri masing-masing orang.
c.    Lalu seperti merasa sesuatu, misalnya bangga, kecewa, gembira, atau rendah diri -itu timbul sebagai akibat imaginasi diri sendiri sehubungan dengan penangkapan masing-masing orang terhadap kata orang-orang lain yang ditujukan kepadanya.   

2.    Sigmund Freud.
Freud berpendapat bahwa kedirian terdapat tiga dimensi atau bagian. Dimansi pertama adalah Id. Pada hakekatnya Id sebagai inti biologis dari kedirian, yaitu merupakan hasrat atau keinginan pada diri seseorang. Yang kedua adalah Ego yang berfungsi sebagai mediator yang berusaha menemukan suatu kompromi antara hasrat atau keinginan seseorang dengan tuntutan masyarakatnya. Secara kasar Ego juga berarti akal pikiran. Dan dimensi yang terakhir adalah Superego, ata kesadaran sosial yang berfungsi sebagai polisi yang berada didalam kedirian itu. Secara umum ¬Superego befungsi sebagai penekan atau pengurang motivasi-motivasi yang timbul dari nafsu, agresif, dan lain sebagainya. Kritikan yang dilontarkan kepada Freud terdapat pada ketidakberhasilannya menekankan secara tandas tentang kemampuan dan kemauan manusia untuk menekan kecenderungan-kecenderungan yang agresif serta keinginan jasmaniahnya. 
  
3.    George Mead
Mead adalah seorang ahli filasafat dan psikolog sosial yang pragmatis. Ia membagi kedirian menjadi dua dimansi ¬Me dan I. Pertama (me) sebagai objek, dan kedua (I) sebagai subjek. Menurutnya, kedirian yang konvensional itu timbul pada saat anak mulai melakukan tindakan terhadap dirinya sendiri. 
4.    Erving Goffman
Goffman mengemukakan sebuah konsep yang menjelaskan mengenai kedirian dalam konteks masyarakat massa. Yaitu masyarakat yang bersifat  kekotaan, memiliki perindustrian, berproduksi secara  masal dan memiliki kebirokratisan. Landasan utama teori Goffman adalah bahwa sewaktu seseorang berinteraksi dengan orang lain, ia mempunyai motif-motif tertentu guna menguasai permasalahan sosial. Goffman meliha ada tiga peranan penting dalam setiap situasi interaksi, yaitu:

a.    Orang orang yang melakukan sesuatu.
b.    Orang-orang kepada siapa sesuatu itu dilakukan.
c.    Orang-orang yang diluar keduanya.
  
Terkadang istilah kepribadian digunakan untuk menunjukkan bahwa tak ada perbedaannya dengan istilah kedirian. Ini merupakan kekeliruan meskipun sebenarnya kepribadian dan kedirian sama-sama produk dari sosialisasi.
Kepribadian itu terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya proses sosialisasi. Menimal terdapat empat faktor penting yang menentukan kepribadian, yaitu:
a.    Keturunan.
b.    Lingkungan alam.
c.    Lingkungan kebudayaan,
d.    Lingkungan sosial. 
Sifat khusus dari masing-masing faktor itulah yang mengakibatkan terjadinya proses sosialisasi yang berbeda-beda coraknya dan itu pulalah yang menyebabkan timbulnya kepribadian  yang beraneka ragam.
Manusia dilahirkan dengan struktur anatomi, fisiologi dan urat syaraf yang kesemuanya itu menetukan batasan-batasan tertentu terhadap tingkah laku sosialnya. Faktor keturunan (warisan biologis) sangat penting artinya dalam proses sosialisasi. Faktor-faktor keturunan tersebut menentukan batasan-batasan yang tak mungkin dilampaui oleh masing-masing individu dan itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya.
Lingkungan sendiri juga banyak berpengaruh terhadap pembentukan diri dan peribadian manusia. Lingkungan alam manusia hidup, mempunyai empat aspek yaitu lokasi, iklim, topografi, dan sumber-sumber alam. Keempat aspek tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap aktifitas manusia.  
  Terdapat tiga rangkaian faktor yang menjelaskan tingkah laku manusia, dan faktor tersebut saling tergantung satu sama lain. Rangkaian faktor itulah yang menyebabkan timbulanya pola-pola  beraturan dan beraneka ragam di dalam hubungan interaktif. Ketiga faktor tersebut adalah:
1.    Struktur kebudayaan.
2.    Situasi.
3.    Kepribadian.      
Kebudayaan dan kepribadian menjadi satu bagian yang membentuk individu pelaku melalui proses sosialisasi. Kepribadian menunjuk pada apa yang menonjol pada diri seseorang. Suatu ciri merupakan suatu aspek dari kepribadian secara keseluruhan. Kepribadian terbentuk, dipertahankan, dan mengalami perubahan saat proses sosialisasi berlangung. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:
a.    Warisan biologis.
b.    Lingkungan geografis.
c.    Lingkungan kebudayaan.
d.    Lingkungan sosial.
 Keempat faktor tersebut bersatu padu sampai tarap tertentu dimana akan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman khusus masing-masing individu. Itulah yang membentuk kepribadian masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar