BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan islam mempunyai sejarah panjang. Dalam pengertian
seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu
sendiri. Dalam konteks Arab, dimana Islam lahir dan pertama kali berkembang,
kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi
besar. Sebab, masyarakat arab pada masa pra-Islam pada dasarnya tidak mempunyai
system pendidikan formal.
Pada masa perkembangan Islam, tentu saja pendidikan sistematis
belum terselenggara. Pendidikan yang terselenggara umumnya bersifat informal. Pendidikan
formal baru muncul pada masa-masa lebih belakangan, yakni dengan kebangkitan
madrasah.
POKOK PEMBAHASAN
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, dapat diartikan sebagai transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya, bukan
sebagai transfer ilmu belaka yang belakangan ini diterapkan oleh system
pendidikan barat.
Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting.
Ahmad D. Marimba, 24 misalnya menyebutkan empat fungsi tujuan pendidikan.
Pertama, tujuan yang berfungsi mengakhiri usaha. Kedua, tujuan yang berfungsi
mengarahkan usaha. Ketiga, tujuan yang dapat berfungsi sebagai titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru maupun
tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Keempat, tujuan yang memberi nilai
(sifat) pada usaha itu.
BAB II
PEMBAHASAN
Allah SWT tahu betul akan berbagai kemungkinan yang akan dihadapi
manusia. Dengan bekal akal dan potensi yang diberikan-Nya, manusia bebas
memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kebebasan memilih itulah manusia dapat
diminta pertanggungjawaban kelak di hadapan Tuhan. Tapi bagaimanapun, sifat
kasih Tuhan yang membuat-Nya menurunkan Islam sebagai alternatif untuk
mengembangkan potensi diri bagi seluruh ummat manusia guna menuju ketentraman
hidup di akhirat.
Islam merupakan sumber ilmu pengetahuan dan petunjuk untuk
membimbing manusia menuju kesempurnaaan hidup tanpa mengebaikan fitrah-fitrah
manusia teresebut.
Pengertian pendidikan dalam konteks islam adalah “tarbiah”,
“ta’lim”, dan “ta’dib”. Ketiga istilah tersebut harus dipahami dan
dimengerti secara bersama-sama. Mengandung makna yang sangat dalam tentang
manusia dan masyarakat sekitar serta lingkungan dalam hubungannya dengan tuhan.
Pendidikan islam bukanlah aspek utama dari
ajaran agama Islam secara keseluruhan. Itu menyebabkan aspek pendidikan Islam
tidak akan terlepas dari tujuan hidup manusia menurut Islam sebagai hamba Allah
yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencepai kehidupan bahagia di dunia
dan akhirat.
Selain tujuan umum, seperti yang tertulis diatas, pendidikan Islam
juga mempunyai tujuan khusus yang lebis spesifik, menjelaskan apa yang ingin
dicapai melalui pendidikan Islam itu tersebut. Tujuan tersebut lebih praxis
sifatnya, sehingga konsep pendidikan Islam menjadi tidak sekedar idealisasi
ajaran-ajaran dalam pendidikan.[1]
Tujuan-tujuan teresebut merupakan tahap-tahap penguasaan anak didik
terhadap ajaran-ajaran yang diberikan melalui aspek-aspek pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau
dalam istilah lain disebut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari
tahapan-tahapan inilah dapat dicapainya tujuan-tujuan yang lebih terperinci
lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut
kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi dalam silabus dari berbagai materi
bimbingan yang akan diberikan.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam sendiri pada hakikatnya adalah
realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi
kesejahtraan ummat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, di dunia maupun
di akhirat.
Terdapat beberapa rumusan-rumusan dalam pendidikan Islam. Rumusan-rumusan
tujuan akhir pendidikan Islam tersebut telah disusun oleh para ulama dan ahli
pendidikan Islam dari semua golongan dan madzhab islam sebagai mana berikut:
1.
Rumusan
yang telah ditetapkan dalam kongres dunia tentang pendidikan Islam dalam artian
adalah sebagai berikut: education should aim at the balanced growth of total
personality of man trough the training of mans’ spirits , intellect, the
rational self, felling and bodily sense. Education should therefore cater for the growth of man in all its
linguistic, both individually and collectively, and motivate of this aspect
toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of education
lies in the realization of complete
submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at
large”.[2]
Rumusan
tersebut mengartikan bahwa pendidikan islam mempunyai tujuan yang luas dan
dalam, sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk social dan makhluk
individual yang dijiwai oleh ajaran agama.
Tujuan akhir dari pendidikan sendiri adalah terletak pada realisasi
sikap ketakwaan diri terhadap Allah, baik secara perseorangan, masyarakat,
maupun seluruh ummat manusia keseluruhan.
2.
Rumusan
yang lain adalah hasil dari keputusan seminar pendidikan Islam seluruh
Indonesia pada tanggal 7 s.d 11 Mei 1960, di Cipayung, Bogor yang berbunyi “tujuan
pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak dan taqwa serta menegakkan kebenaran
dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran
Islam”[3].
Jadi jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam tak lepas dari
nilai-nilai ajaran agama Islam itu sendiri. Realisasi nilai-nilai itulah yang
pada hakikiatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam.
3.
Terdapat
rumusan lain tentang pendidikan Islam yang diutarakan oleh Prof. Dr. Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani; “tujuan pendidikan adalah perubahan yang
diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk
mencapainya baik pada tingkah laku individu, dari kehidupan pribadinya atau kehidupan
masyarakat serta alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses
pendidikan itu sendiri, dan proses pengajaran sebagai seuatu kegiatan asasi dan
sebagai proporsi di antara profesi asasi dalam masyarakat”[4].
Saking luasnya tujuan-tujuan yang terkandung dalam pendidikan itu
sendiri, maka tujuan tersebut dibedakan menurut tugas dan fungsi manusia secara
filosofis.
a.
Tujuan
individual yang menyangkut individu, melalui proses balajar dalam rangka
menyiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat.
b.
Tujuan
social yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan
dengan tingkah laku masyarakat pada umumnya, serta dengan perubahan-perubahan
yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c.
Tujuan
professional yang menyangkut pengajaran sebagai limu seni dan profesi, serta
sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Selain pembedaan tujuan menurut tugas dan
fungsi manusia seperti yang dijelaskan diatas, terdapat pula pembedaan menurut
pelaksanaannya.
·
Tujuan
Operasional.
Yaitu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan/
ditetapkan dalam kurikulum. Akan tetapi adakalanya tujuan fungsional belum
tercapai oleh karena beberapa sebab, misalnya produk kependidikan belum siap
dipakai dilapangan karena masih memerlukan latihan keterampilan tentang bidang
keahlian yang akan diterjuni, meskipun secara operasional tujuannya telah
tercapai.
·
Tujuan
Fungsional.
Yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari
aspek teoritis maupun aspek praktis, meskipun kurikulum secara oprerasonal
belum tercapai. Misalnya produk pendidikan telah mencapai keahlian teoritis dan
juga kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Oleh karena itu, produk
kependidikan yang sempurna adalah bilamana dapat menghasilkan anak didik yang
memiliki kemampuan praktis dan teoritis.
Ibnu
Taimiyah sendiri berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam dapat dibagi kepada
tiga bagian berikut ini :
A. Tujuan
Individual
Pada bagian
ini tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya pribadi muslim yang baik,
yaitu seseorang yang berpikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan
kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Orang semacam ini hidup sejalan dengan akidah Islamiyahnya, serta
mati dalam keadaan beragama Islam.
Seseorang
yang menuntut ilmu hendaknya berupaya untuk memahami tujuan perintah dan
larangan serta segala ucapan yang datang dari rasul. Selanjutnya jika hati
seseorang telah meyakini bahwa apa yang dijalaninya itu sebagai yang dikehendaki
rasul, maka janganlah berpaling kepada jalan yang lain.
Pribadi
muslim yang baik adalah orang yang sempurna kepribadiannya, yaitu yang lurus
jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya, sanggup
melaksanakan segala perintah agama dengan jelas dan sempurna.
B. Tujuan
Sosial
Pada dasarnya
manusia itu memiliki dua sisi kehidupan, yaitu sisi kehidupan individual yang
berhubungan dengan beriman kepada Allah dan sisi kehidupan sosial yang
berhubungan dengan masyarakat, tempat manusia itu hidup. Oleh karena itu,
Pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang
sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pada tujuan
sosial ini, pendidikan diarahkan agar dapat melahirkan manusia-manusia yang
dapat hidup bersama dengan orang lain, saling membantu, menasehati, mengatasi
masalah, dan seterusnya.
C. Tujuan
Da’wah Islamiyah
Allah SWT
telah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan,
sehingga segenap manusia hanya mengikuti Allah dan Rasul-Nya saja. Sementara
manusia juga memikul beban mengajak manusia lainnya kepada jalan yang baik dan
mencegah berbuat buruk. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi :
كُنْتُمْ خَيْرُ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ…….. {ال- عمران : 110}
Artinya :
“Kamu
adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Abu Hurairah
mengatakan bahwa kehadiran manusia yang datang kepada manusia yang lain dengan
dakwah adalah berupaya melepaskan belenggu dari rantai kebodohan sehingga
mereka itu dapat masuk surga. Orang semacam itu rela mengorbankan harta dan
jiwanya dalam berjuang untuk kemanfaatan manusia. Orang seperti inilah yang
termasuk ummat yang baik. Makhluk itu tak ubahnya bagaikan keluarga Allah,
mereka berusaha mencintai Allah dengan jalan memberikan sesuatu yang bermanfaat
bagi makhluk-Nya itu.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan tahap ketiga ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama dengan menyebar-luaskan ilmu dan ma’rifat yang didatangkan Al-Qur’an
al-Karim sebagaimana hal itu dilakukan kaum salaf. Kedua dengan cara berjihad
yang sungguh-sungguh sehingga kalimat Allah yang demikian tinggi itu dapat
berdiri tegak.
Dari uraian
di atas, dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah
menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar.
Oleh karena itu, berbicara pendidikan Islam, baik makna maupun tujuannya
haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga
dalam rangka menuai kesempurnaan hidup (keberhasilan hidup (hasanah)
di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah)
di akhirat kelak).
BAB III
KESIMPULAN
Islam sebagai agama yang seimbang, mengajarkan bahwa setiap usaha yang
dilakukan manusia tidak hanya melibatkan peran manusia semata,
melainkan juga melibatkan peran Tuhan. Nabi Muhammad SAW
menggambarkan proses pendidikan seperti sebuah kegiatan
bertani. Jika seorang petani ingin mendapatkan hasil
pertanian yang baik, maka ia harus menyiapkan lahan yang subur dan gembur, udara dan cuaca yang tepat, air dan pupuk yang cukup, bibit
yang unggul, cara menanamnya yang benar, pemeliharaan dan
perawatan tanaman yang benar dan intensif, waktu dan masa
tanam yang tepat dan cukup. Namun walaupun berbagai usaha
tersebut sudah dilakukan, tapi belum dapat menjamin seratus persen bahwa hasil pertanian tersebut akan berhasil dengan baik.
Keberhasilan pertanian tersebut masih bergantung kepada
kehendak Tuhan. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT menyatakan:
”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kamu tanam?
Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?
Tanah yang subur dan gembur serta bibit yang unggul dapat digambarkan
seperti bakat dan potensi peserta didik yang bersifat internal.
Sedangkan cara menanam yang benar, pemeliharaan dan
perawatan yang tepat dan intensif, dan pemberian pupuk
yang cukup dapat digambarkan seperti usaha dan program pendidikan
yang dilakukan oleh sekolah dan guru. Sedangkan keberhasilan pertanian menggambarkan peranan Tuhan.
Pendidikan Islam menganut paham teo-anthropo centris, yakni
memusat pada perpaduan antara kehendak Tuhan dan usaha manusia. Itulah
sebabnya, pada setiap kali memulai pengajaran harus dimulai dengan memohon
petunjuk Tuhan, dan ketika selesai pengajaran harus diakhiri dengan mengucapkan
alhamdulillahi rabbil alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Dr. Azra. Azyumardi, Pendidikan
Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, April 1999, PT Logos,
Ciputat.
Prof. Arifin. H.M, Ilmu
Pendidikan Islam, Juli 1993, Bumi Aksara, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar