Blogger news

Rabu, 06 November 2013

NEO POSITIFISME



BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan islam mempunyai sejarah panjang. Dalam pengertian seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam konteks Arab, dimana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi besar. Sebab, masyarakat arab pada masa pra-Islam pada dasarnya tidak mempunyai system pendidikan formal.
Pada masa perkembangan Islam, tentu saja pendidikan sistematis belum terselenggara. Pendidikan yang terselenggara umumnya bersifat informal. Pendidikan formal baru muncul pada masa-masa lebih belakangan, yakni dengan kebangkitan madrasah.

POKOK PEMBAHASAN
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, dapat diartikan sebagai transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya, bukan sebagai transfer ilmu belaka yang belakangan ini diterapkan oleh system pendidikan barat.
Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting. Ahmad D. Marimba, 24 misalnya menyebutkan empat fungsi tujuan pendidikan. Pertama, tujuan yang berfungsi mengakhiri usaha. Kedua, tujuan yang berfungsi mengarahkan usaha. Ketiga, tujuan yang dapat berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Keempat, tujuan yang memberi nilai (sifat) pada usaha itu.


BAB II

PEMBAHASAN
Allah SWT tahu betul akan berbagai kemungkinan yang akan dihadapi manusia. Dengan bekal akal dan potensi yang diberikan-Nya, manusia bebas memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kebebasan memilih itulah manusia dapat diminta pertanggungjawaban kelak di hadapan Tuhan. Tapi bagaimanapun, sifat kasih Tuhan yang membuat-Nya menurunkan Islam sebagai alternatif untuk mengembangkan potensi diri bagi seluruh ummat manusia guna menuju ketentraman hidup di akhirat.
Islam merupakan sumber ilmu pengetahuan dan petunjuk untuk membimbing manusia menuju kesempurnaaan hidup tanpa mengebaikan fitrah-fitrah manusia teresebut.
Pengertian pendidikan dalam konteks islam adalah “tarbiah”, “ta’lim”, dan “ta’dib”. Ketiga istilah tersebut harus dipahami dan dimengerti secara bersama-sama. Mengandung makna yang sangat dalam tentang manusia dan masyarakat sekitar serta lingkungan dalam hubungannya dengan tuhan.
    Pendidikan islam bukanlah aspek utama dari ajaran agama Islam secara keseluruhan. Itu menyebabkan aspek pendidikan Islam tidak akan terlepas dari tujuan hidup manusia menurut Islam sebagai hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencepai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
Selain tujuan umum, seperti yang tertulis diatas, pendidikan Islam juga mempunyai tujuan khusus yang lebis spesifik, menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam itu tersebut. Tujuan tersebut lebih praxis sifatnya, sehingga konsep pendidikan Islam menjadi tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran dalam pendidikan.[1]
Tujuan-tujuan teresebut merupakan tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap ajaran-ajaran yang diberikan melalui aspek-aspek pikiran,  perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dalam istilah lain disebut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari tahapan-tahapan inilah dapat dicapainya tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjutnya diperinci lagi dalam silabus dari berbagai materi bimbingan yang akan diberikan. 
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam sendiri pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahtraan ummat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, di dunia maupun di akhirat.
Terdapat beberapa rumusan-rumusan dalam pendidikan Islam. Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam tersebut telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan Islam dari semua golongan dan madzhab islam sebagai mana berikut:
1.      Rumusan yang telah ditetapkan dalam kongres dunia tentang pendidikan Islam dalam artian adalah sebagai berikut: education should aim at the balanced growth of total personality of man trough the training of mans’ spirits , intellect, the rational self, felling and bodily sense. Education should therefore  cater for the growth of man in all its linguistic, both individually and collectively, and motivate of this aspect toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of education lies in the realization  of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large”.[2]
Rumusan tersebut mengartikan bahwa pendidikan islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk social dan makhluk individual yang dijiwai oleh ajaran agama.        
Tujuan akhir dari pendidikan sendiri adalah terletak pada realisasi sikap ketakwaan diri terhadap Allah, baik secara perseorangan, masyarakat, maupun seluruh ummat manusia keseluruhan.

2.      Rumusan yang lain adalah hasil dari keputusan seminar pendidikan Islam seluruh Indonesia pada tanggal 7 s.d 11 Mei 1960, di Cipayung, Bogor yang berbunyi “tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak dan taqwa serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam”[3].
Jadi jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam tak lepas dari nilai-nilai ajaran agama Islam itu sendiri. Realisasi nilai-nilai itulah yang pada hakikiatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam.
3.      Terdapat rumusan lain tentang pendidikan Islam yang diutarakan oleh Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani; “tujuan pendidikan adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu, dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri, dan proses pengajaran sebagai seuatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi di antara profesi asasi dalam masyarakat”[4].
Saking luasnya tujuan-tujuan yang terkandung dalam pendidikan itu sendiri, maka tujuan tersebut dibedakan menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis.
a.       Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses balajar dalam rangka menyiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat.
b.      Tujuan social yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat pada umumnya, serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c.       Tujuan professional yang menyangkut pengajaran sebagai limu seni dan profesi, serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
  Selain pembedaan tujuan menurut tugas dan fungsi manusia seperti yang dijelaskan diatas, terdapat pula pembedaan menurut pelaksanaannya.
·         Tujuan Operasional.
Yaitu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan/ ditetapkan dalam kurikulum. Akan tetapi adakalanya tujuan fungsional belum tercapai oleh karena beberapa sebab, misalnya produk kependidikan belum siap dipakai dilapangan karena masih memerlukan latihan keterampilan tentang bidang keahlian yang akan diterjuni, meskipun secara operasional tujuannya telah tercapai.

·         Tujuan Fungsional.
Yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis, meskipun kurikulum secara oprerasonal belum tercapai. Misalnya produk pendidikan telah mencapai keahlian teoritis dan juga kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Oleh karena itu, produk kependidikan yang sempurna adalah bilamana dapat menghasilkan anak didik yang memiliki kemampuan praktis dan teoritis.
Ibnu Taimiyah sendiri berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga bagian berikut ini :
A. Tujuan Individual
Pada bagian ini tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya pribadi muslim yang baik, yaitu seseorang yang berpikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang semacam ini hidup sejalan dengan akidah Islamiyahnya, serta mati dalam keadaan beragama Islam.
Seseorang yang menuntut ilmu hendaknya berupaya untuk memahami tujuan perintah dan larangan serta segala ucapan yang datang dari rasul. Selanjutnya jika hati seseorang telah meyakini bahwa apa yang dijalaninya itu sebagai yang dikehendaki rasul, maka janganlah berpaling kepada jalan yang lain.
Pribadi muslim yang baik adalah orang yang sempurna kepribadiannya, yaitu yang lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya, sanggup melaksanakan segala perintah agama dengan jelas dan sempurna.
B. Tujuan Sosial
Pada dasarnya manusia itu memiliki dua sisi kehidupan, yaitu sisi kehidupan individual yang berhubungan dengan beriman kepada Allah dan sisi kehidupan sosial yang berhubungan dengan masyarakat, tempat manusia itu hidup. Oleh karena itu, Pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pada tujuan sosial ini, pendidikan diarahkan agar dapat melahirkan manusia-manusia yang dapat hidup bersama dengan orang lain, saling membantu, menasehati, mengatasi masalah, dan seterusnya.
C. Tujuan Da’wah Islamiyah
Allah SWT telah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia hanya mengikuti Allah dan Rasul-Nya saja. Sementara manusia juga memikul beban mengajak manusia lainnya kepada jalan yang baik dan mencegah berbuat buruk. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi :
كُنْتُمْ خَيْرُ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ……..      {ال- عمران : 110}
Artinya :
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Abu Hurairah mengatakan bahwa kehadiran manusia yang datang kepada manusia yang lain dengan dakwah adalah berupaya melepaskan belenggu dari rantai kebodohan sehingga mereka itu dapat masuk surga. Orang semacam itu rela mengorbankan harta dan jiwanya dalam berjuang untuk kemanfaatan manusia. Orang seperti inilah yang termasuk ummat yang baik. Makhluk itu tak ubahnya bagaikan keluarga Allah, mereka berusaha mencintai Allah dengan jalan memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk-Nya itu.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tahap ketiga ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan menyebar-luaskan ilmu dan ma’rifat yang didatangkan Al-Qur’an al-Karim sebagaimana hal itu dilakukan kaum salaf. Kedua dengan cara berjihad yang sungguh-sungguh sehingga kalimat Allah yang demikian tinggi itu dapat berdiri tegak.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar. Oleh karena itu, berbicara pendidikan Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai kesempurnaan hidup (keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak).

BAB III
KESIMPULAN
Islam sebagai agama yang seimbang, mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan manusia tidak hanya melibatkan peran manusia semata, melainkan juga melibatkan peran Tuhan. Nabi Muhammad SAW menggambarkan proses pendidikan seperti sebuah kegiatan bertani. Jika seorang petani ingin mendapatkan hasil pertanian yang baik, maka ia harus menyiapkan lahan yang subur dan gembur, udara dan cuaca yang tepat, air dan pupuk yang cukup, bibit yang unggul, cara menanamnya yang benar, pemeliharaan dan perawatan tanaman yang benar dan intensif, waktu dan masa tanam yang tepat dan cukup. Namun walaupun berbagai usaha tersebut sudah dilakukan, tapi belum dapat menjamin seratus persen bahwa hasil pertanian tersebut akan berhasil dengan baik. Keberhasilan pertanian tersebut masih bergantung kepada kehendak Tuhan. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT menyatakan: ”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?
Tanah yang subur dan gembur serta bibit yang unggul dapat digambarkan seperti bakat dan potensi peserta didik yang bersifat internal. Sedangkan cara menanam yang benar, pemeliharaan dan perawatan yang tepat dan intensif, dan pemberian pupuk yang cukup dapat digambarkan seperti usaha dan program pendidikan yang dilakukan oleh sekolah dan guru. Sedangkan keberhasilan pertanian menggambarkan peranan Tuhan.
Pendidikan Islam menganut paham teo-anthropo centris, yakni memusat pada perpaduan antara kehendak Tuhan dan usaha manusia. Itulah sebabnya, pada setiap kali memulai pengajaran harus dimulai dengan memohon petunjuk Tuhan, dan ketika selesai pengajaran harus diakhiri dengan mengucapkan alhamdulillahi rabbil alamin.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Azra. Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, April 1999, PT Logos, Ciputat.
Prof. Arifin. H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Juli 1993, Bumi Aksara, Jakarta


[1] Prof. Dr. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Logos, Coputat, 1999, hal 8
[2] Prof.H.M. Arifin, M.Ed, Islam Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hal 40
[3] Ibid, hal 41
[4] Ibid, hal 42

0 komentar:

Posting Komentar