MASA
NABI
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapat
berbagai macam perintah dalam firman Allah,
ﻳﺂ ﻳﻬﺎ ﺍﻟﻣﺩ ﺛﺭ ﴿۱﴾ ﻗﻡ ﻓﺄ ﻧﺫﺭ ﴿۲﴾ ﻭﺭﺑﻙ ﻓﻛﺑﺭ ﴿٣﴾ ﻭﺛﻳﺎ ﺑﻙ ﻓﻁﻬﺭ ﴿٤﴾ ﻭﺍﻟﺭ ﺟﺯ ﻓﺎﻫﺟﺭ﴿۵﴾
ﻭﻻ ﺗﻣﻧﻥ ﺗﺳﺗﻛﺛﺭ ﴿٦﴾ ﻭﻟﺭﺑﻙ ﻓﺎ ﺻﺑﺭ ﴿۷﴾
Artinya :
“ hai
orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak,
dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah “( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ).
Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang
sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh,
berpengaruh sangat kuat dan nyata. Ayat-ayat ini sendiri mengandung
materi-materi dakwah dan tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas
dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri
sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah.
Sungguh ini merupakan perkataan yang besar dan
menakutkan, yang membuat beliau melompat dari tempat tidurnya yang nyaman
dirumah yang penuh kedamaian, lalu siap terjun ke kancah diantara arus dan
gelombang kehidupan.
Setelah beliau bangkit dari tempat tidurnya itu,
dimulailah beban yang besar yang harus dilaksanakan beliau. Mulai saat itu,
hingga ia wafat, ia tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri
sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk
berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat diatas pundaknya, tidak
mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul
beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai
medan.
Kita bisa
membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda
secara total dengan yang lainnya, yaitu :
A.
Periode
atau fase Mekkah, berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
B.
Periode
atau fase Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
A.
FASE MEKKAH
Setiap
periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang
satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai
unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail.
Periode
Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu :
1.
Tahap pertama
Tiga
tahun Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Mekkah
merupakan sentral agama bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan
penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa
Arab. Cita-cita untuk memperbaiki keadan mereka tentu bertambah sulit dan berat
jika orang yang hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal
ini membutuhkan kemauan yang keras yang tidak bisa diguncang musibah dan
kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana
adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak
kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka. Pada awal
mulanya Rasulullah SAW menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan
beliau. Anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru
mereka ini kepada islam, juga menyeru kepada siapa pun yang dirasa memiliki
kebaikan yang sudah beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau
secara baik. Dalam tarikh islam, mereka disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang
terdahulu dan yang pertama masuk islam).
Mereka
adalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid,
pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak paman beliau, Ali
bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan hidup dalam
asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar
yang dikenal kaumnya sebagai seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan
ramah, dan memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan
islam. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu :
- Utsman
bin Affan
-
Az-Zubair bin Al-Awwan
-
Abdurrahman bin Auf
- Sa’d bin
Abi Waqqash
- Thalhah
bin Ubaidillah
Mereka ini
juga termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan
fajar islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang pertama
masuk islam, yaitu :
- Bilal
bin Rabbah - Abu Salamah bin Abdul Asad
- Amir bin
Al-Jarrah - Al- Arqam bin Abil Arqam
- Fathimah
bin Al-khattab - Khabbab bin Al-Arrat
- Dan
banyak lagi lainnya
Setelah
melihat beberapa kejadian disana-sini, ternyata dakwah islam sudah didengar
orang-orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun merekan tidak ambil peduli.
Selama
tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa
menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah
terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW
menampakkan dakwah kepada kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang
berhala-berhalasesembahan mereka.
2.
Tahap Kedua
Dakwah
secara Terang-Terangan
Langkah
pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat dekat. Beliau
mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau
menyeru kepada kaumnya kepada Allah dan berserah diri kepada RabbNya. Namun
dari sekian banyak yang datang, semua menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah
yang mendukung dan memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu
Thalib tidak punya pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul
Al-Muthalib.
Setelah
Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk
melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri
diatas Shafa, lalu berseru :
“ Wahai
semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau
mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada
hari akhirat.”
Dari yang
hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya,
untuk inikah engkau mengumpulkan kami.”
Lalu turun
ayat “ Celakalah kedua tangan Abu Lahab”
Seruan
beliau semakin menggema seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat,
“ Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Maka
Rasulullah langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik.
Menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki
nilai.
Mekkah
berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran,
tatkala mereka mendengar suar yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik
dan para penyembah berhala. Suara itu seakan akan petir yang membelah awan,
berkilau, menggelegar dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang
Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini,
dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Orang-orang
Quraisy bingung, karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan perjalanan
kaumnya, mereka tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu. Setelah
menguras pikiran, tidak ada jalan lain lagi bagi mereka menghadapi orang yang
jujur dan dapat dipercayai ini (Muhammad SAW) kecuali mendatangi paman beliau,
Abu Thalib. Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang
diperbuat anak saudaranya.
Dengan
perkataan yang halus dan lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan mereka.
Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Rasulullah bisa melanjutkan
dakwah, menampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.
Semenjak
penolakan itu, dan orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama sekali
tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikiran dan menyimpulkan
untuk membenamkan dakwah ini.
Beberapa
cara penghadangan mereka terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
- Dengan
ejekan dan penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan
untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka.
-
Menjelek-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan
anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.
- Melawan
Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan
dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
- Menyodorkan
beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk
mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.
- Berbagai
macam tekanan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
-
Pemboikotan secara menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
Dari hari
ke hari penyiksaan dan tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy semakin
menjadi-jadi. Hingga Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah dan berdakwah
keluar Mekkah.
3.
Tahap Ketiga
Dakwah
diluar Mekkah
Karena
keadaan semakin mendesak, tekanan disana sini terhadap pengikutnya, Rasulullah
memerintahkan agar kaumnya hijrah dan mendakwahkan islam ke Habasyah.
Rasulullah tahu bahwa raja yang berkuasa adalah seorang raja yang yang adil,
tak bakal ada seorang pun yang teraniaya disisinya.
Pada bulan
Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke
Habasyah, terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang
dipimpin Utsman bin Affan.
Karena
siksaan dan penindasan yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin
menjadi-jadi, Nabi SAW tidak melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka
untuk hijrah untuk kedua kalinya. Kali ini hijrah berjumlah delapan puluh tiga
orang laki-laki dan delapan belas wanita. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap
berada di Mekkah untuk terus mendakwahkan Agama Allah buat penduduk Mekkah.
Banyak
kejadian yang terjadi setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya
untuk hijrah ke Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin
Abdul Muthalib, yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati
Rasulullah atas meninggalnya paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah
binti Khuwailid.
Pada tahun
kesepuluh dari nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau pergi dengan
berjalan kaki. Dengan didampingi pembantunya Zaid bin Haritsah, beliau mengajak
penduduk setiap kabilah yang ia lalui kepada islam. Namun tak satu pun yang
memenuhinya.
Sesampainya
di Thaif, beliau menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua
menolaknya dan mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau.
Pembantu Nabi SAW, Zaid senantiasa melindungi beliau.
Saat musim
haji tiba, beliau kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada orang-orang yang
melaksanakan haji dari segala penduduk diluar Mekkah. Agama Allah mereka bawa
ke negerinya. Hingga tersebar luaslah islam di jazirah Arab. Diantaranya yaitu
:
- Suwaid
bin Shamit, Dia adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang
juga di juluki Al-Kamil oleh kaumnya.
- Iyas bin
Mu’adz, Dia seorang pemuda belia dari Yatsrib.
- Abu
Dzarr Al-Ghifary, Dia termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.
- Thufail
bin Amr Ad-Dausy, Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus
- Dhimad
Al-Azdy, Dia berasal dari Azd Syanu’ah dari Yaman.
Dalam
beberapa waktu, sampailah islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke Madinah,
islam di Madinah disambut baik oleh penduduk. Dakwah berhasil di bumi Yatsrib
ini. Semua ketentuan Allah membuat islam semakin bercahaya dan bersinar.
B.
FASE MADINAH
Setelah
Islam berhasil dan diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat aqabah
pertama dan kedua. Islam mulai memancangkan tonggak negara ditengah padang
pasir yang bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling
besar yang diperoleh islam semenjak dakwah dimulai.
Rasulullah
memerintahkan seluruh pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa seorang mukmin
pun berada di Mekkah kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan
beberapa orang yang memang diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada
perintah dari Allah SWT.
Pada suatu
ketika Jibril turun kepada beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan
persekongkolan Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah dan bahwa Allah telah
mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah.
Singkat cerita,
setelah beliau dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut penduduk Madinah
dengan gembira dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya kalangan Anshar, mereka
berharap agar Rasulullah singgah dirumah-rumah mereka.
1.
Sistem Sosial Kemasyarakatan, Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara
a.
Rasulullah membangun masyarakat baru
Langkah
pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun
langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya
berkata : “ Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan
akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.”
Beliau
juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan
bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah
bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau
pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu.
Mesjid itu
bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi
orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya,
sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur
kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah.
Disamping
semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang
Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya
kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
Disamping
membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah
SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha
mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar.
Beliau
mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong,
saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka
persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada
sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan
keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa
lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan.
Rasulullah
menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar
dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan
harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling
mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini.
Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ketentuan
ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya
ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru.
Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga
menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali
terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas.
Begitulah cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka,
membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai
sosok yang ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu
membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal
sejarah.
b.
Perjanjian dengan pihak yahudi
Setelah
islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri
itu, maka Rasulullah mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian
beliau saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan
bagi semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan
penuh tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu
dibayangi fanatisme.
Tetangga
yang paling dekat dengan orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi.
Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun
mereka tidak berani menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada
mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar
kekayaan, dan tidak boleh saling menyerang atau memusuhi.
Ada dua
belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
1.
Orang-orang
Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama
mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
2.
Orang-orang
Yahudi dan Mukmin masing –masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
3.
Mereka
harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan
perjanjian ini.
4.
Mereka
harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
5.
Perjanjian
ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
Dengan
disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan
satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut
begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksan pemerintahan dan penguasa mayoritas
adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi
ibukota bagi Islam.
c.
Harta rampasan perang
Pada saat
kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke
Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas
bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang
Musyrik. Pukulan dalam bidang politik, ekonomi dan militer.
Kafilah
dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya
sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa harta benda milik
mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang
mengawalnya tidak lebih dari empat puluh orang.
Harta
rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar yang tak
terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah
dagang ini. Disini kita tak menyinggung bagaimana bisa terjadinya perang Badar,
karena akan kita bahas pada topic yang lain.
Harta
rampasan inilah modal kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan
ini dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat
yang mewajibkan puasa dan membayar zakat. Sehingga orang-orang muslim yang
miskin di Madinah dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.
0 komentar:
Posting Komentar